Rasa marah, stres, atau perasaan cemas akan
mencetuskan beberapa sensasi dan perubahan fisik, meliputi peningkatan aliran
darah menuju otot, ketegangan otot, mempercepat atau memperlambat pernapasan,
dan meningkatkan denyut jantung. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka
respon psikofisiologikal yang berulang dapat membahayakan kondisi tubuh. Oleh
karenanya, gerakan fisiologis berupa latihan relaksasi akan membalikkan efek
stres yang melibatkan bagian parasimpatik dari sistem saraf pusat. Relaksasi
akan menghambat peningkatan saraf simpatik, sehingga hormon penyebab
disregulasi tubuh dapat dikurangi jumlahnya. Sistem saraf parasimpatik yang
memiliki fungsi kerja yang berlawanan dengan saraf simpatik akan memperlambat
atau memperlemah kerja alat-alat internal tubuh. Akibatnya terjadi penurunan
detak jantung, irama napas,
Reivich dan Shatte
(2002) mengemukakan dua hal penting yang terkait dengan regulasi emosi, yaitu
ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Individu yang mampu
mengelola kedua keterampilan ini, dapat membantu meredakan emosi yang ada,
memfokuskan pikiran-pikiran yang mengganggu dan mengurangi stres. Menurut Gross
& John (2003), regulasi emosi sebagai pemikiran atau peringatan dipengaruhi
oleh emosi individu dan bagaimana individu mengalami dan mengungkapkan
emosinya. Ketika individu sedang mengalami emosi yang negatif biasanya tidak
dapat berfikir dengan jernih dan melakukan tindakan diluar kesadaran. Oleh
karena itu, penting bagi perawat untuk memahami teknik menenangkan (calming technique) salah satunya adalah
terapi yoga untuk klien agar tujuan perawatan secara holistik yang meliputi body, mind, spirit dapat tercapai dan
memaksimalkan terapi medis klien.
Calming techniques
merupakan teknik untuk mengurangi kecemasan pada pasien yang mengalami distress
akut (Scherb, et.al, 2007). Calming
technique mencakup kemampuan meredakan emosi marah. Indikator penilaian
aspek ini adalah:
1.
Commitment, yaitu
kemampuan menyelaraskan tujuan-tujuan diri pada kelompok untuk menjaga batas
kemarahan sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Contoh: Saya
dapat memendam rasa marah agar keharmonisan lingkungan tetap terjaga.
2.
Innitiative, yaitu
kesiapan untuk bertindak dalam setiap kesempatan yang ada dengan melakukan
teknik mengendalikan emosi marah. Contoh item: Ketika saya marah, saya akan
diam dan pergi menyendiri untuk menenangkan pikiran dan perasaan saya
(Kadiyono, 2016).
Contoh
dalam Calming Technique adalah:
1.
Breathing (bernapas)
Bernafas
adalah suatu tindakan yang otomatis tanpa harus diperintah untuk melakukannya,
tetapi jika individu bernafas dengan cepat dan dangkal akan mengurangi jumlah
oksigen yang tersedia dan otak akan bereaksi terhadap hal ini dengan panik.
Bagian dari proses panik adalah peningkatan denyut jantung dan peningkatan
tekanan darah. Dengan mengatur nafas menjadi lebih pelan dan dalam akan membuat
peregangan pada otot-otot tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan pikiran menjadi
lebih relaks, nyaman dan tenang yang membuat penurunan pada tekanan darah
(Kadiyono, 2016).
2.
Meditasi
Meditasi
merupakan teknnik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian
sehingga dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya dapat membawa
proses-proses mental menjadi lebih terkontrol secara sadar (Baskara, et.al,
2008).
Meditasi dalam yoga dimaksudkan untuk
menghilangkan pikiran-pikiran yang ada dengan memfokuskan satu titik dan
mengkonsentrasikannya dengan nafas, berupaya menenangkan pikiran, mendamaikan
pikiran, serta menanamkan pemahaman dan penerimaan diri yang lebih besar.
Meditasi akan membantu untuk menenangkan dan mengurangi kemarahan (Bhave &
Saini, 2009) dalam (Kadiyono, 2016):, serta mengurangi stres dan mengatasi
kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan, emosi negatif lainnya,
meningkatkan pengendalian emosi, membantu menenangkan pikiran (Rawls, 2010)
dalam (Kadiyono, 2016).
Aplikasi
Meditasi dalam keperawatan
1. Mengurangi
hipertensi dengan relaksasi meditasi
Menurut Gregson (2007), Hawari (2001), dan Potter
& Perry (2000), bahwa stress mengakibatkan pengeluaran epinefrin dan
norepinefrin berlebihan. Hal tersebut menstimulasi sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kemudian kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi yang
memengaruhi respon pembuluh darah. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin. Hal ini akan memicu peningkatan tekanan darah yang tidak
terkendali (Vita-health, 2006).
Salah
satu pengelolaan penderita hipertensi adalah menggunakan pengobatan non
farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks dengan berbagai cara seperti
meditasi, yoga yang dapat mengontrol sistem syaraf yang akhirnya menurunkan
tekanan darah. Dewasa ini ketenangan pikiran untuk menjaga tekanan darah agar
tetap normal sudah terbukti sangat efektif (Knight,2001). Menurut Suryani
(2000), secara umum latihan relaksasi meditasi dapat menurunkan tekanan darah
tinggi sistolik lebih dari 20 mmHg dan diastolik 10 -15 mmHg. Relaksasi
menjadikan efek obat hipertensi lebih efektif, jika penderita yang sedang
melaksanakan pengobatan farmakologis. Sedangkan menurut Brunner & Suddart
(2002), berdasarkan beberapa penelitian, pendekatan non farmakologis termasuk
relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus di lakukan pada terapi
hipertensi.
Sudiarto,
et.al (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh relaksasi meditasi
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah
binaan RSU Emanuel Klampok Banjarnegara dengan kriteria usia antara 60 – 74 tahun,
mempunyai tekanan darah antara 140/90 mm Hg sampai dengan 159/99 mm Hg,
mengikuti terapi relaksasi meditasi dengan durasi 2 x 15 menit, 3 x seminggu
selama 4 minggu. Hasilnya, rata-rata tekanan darah sistolik sebelum relaksasi
meditasi sebesar 147,3 mmHg, sedangkan diastoliknya 90,7 mmHg, setelah
melakukan relaksasi meditasi sistoliknya dapat diturunkan sebasar 7,67 mmHg,
sedangkan diastoliknya 0,67 mmHg (Sudiarto, et.al 2007).
Penurunan
ini disebabkan karena relaksasi meditasi pada prinsipnya adalah memposisikan
tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akan mengalami relaksasi dan pada akhirnya
akan mengalami kondisi keseimbangan, dengan demikian relaksasi meditasi yang
berintikan pada pernafasan akan meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot,
sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun (Suryani, 2000). Selain
itu, meditasi juga dapat menekan pengeluaran hormon yang dapat meningkatkan
tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, yaitu epinefrin, kortisol,
steroid, dan aldosteron (Ramaiah, 2007).
Menurut
Hayens, (2006), tekanan sistolik salah satunya dipengaruhi oleh psikologis
sehingga dengan relaksasi akan mendapatkan ketenangan dan tekanan sistolik akan
turun, selain itu tekanan darah sistolik juga dipengaruhi sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonal sehingga dengan relaksasi meditasi yang berfokus pada
pengaturan pernapasan akan terjadi penurunan nadi dan penurunan tekanan darah
sistolik. Sedangkan tekanan diastolik terkait dengan sirkulasi koroner, jika
arteri koroner mengalami aterosklerosis akan mempengaruhi peningkatan tekanan
darah diastolik, sehingga dengan relaksasi meditasi tidak mengalami penurunan
tekanan diastolik yang berarti.
2. Menurunkan
nyeri dengan meditasi
Hasil
penelitian Sakti, NPR (2018), menunjukkan bahwa pemberian terapi komplementer
meditasi efektif terhadap penurunan respon nyeri pada penderita rheumatoid
artritis di Desa Makam Haji Kartasura. Dalam penelitian ini untuk mengatasi
nyeri dengan menggunakan terapi komplmeneter meditasi karena meditasi adalah
suatu kondisi yang rileks untuk berkonsentrasi atau suatu kondisi pikiran yang
bebas dari segala pikiran, semua yang melelahkan, dan yang berfokus pada Tuhan.
Meditasi ini bisa menenangkan otak dan memperbaiki atau memulihkan tubuh
sehingga dengan kondisi demikian nyeri dapat berkurang (Widodo, 2013) dalam
Sakti, NPR (2018).
Cara-Cara Bermeditasi
Cara
untuk bermeditasi dalam memilih posisi bagi para pemula adalah bebas tetapi biasanya
posisi meditasi yang baik adalah duduk bersila di lantai yang beralas dengan
meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri dan tangan kanan menumpu tangan kiri di
pangkuan. Juga diperbolehkan duduk dalam posisi setengah bersila dengan melipatkan kaki ke samping. Bahkan kalau tidak memungkinkan,
maka boleh duduk di kerusi. Yang penting badan dan kepala harus tegak tetapi
tidak kaku atau tegang. Duduk senyaman mungkin tanpa bersandar. Mulut dan mata
harus ditutup agar dapat membantu memudahkan konsentrasi. Selama bermeditasi,
hendaknya tidak digerakkan anggota badan. Namun, apabila badan jasmani merasa tidak
enak, maka diperbolehkan untuk menggerakkan anggota badan atau mengubah
kedudukan meditasi tersebut. Tetapi hal ini hendaklah dilakukan secara perlahan
disertai dengan penuh perhatian dan kesadaran. Jika meditasi telah maju, maka
dapat dilanjutkan meditasi tersebut ke peringkat yang lebih tinggi dalam
berbagai posisi, baik berdiri mapun berbaring (Ibid. hlm. 82. Dalam Zulkifli,
2014).
Pakaian
yang dipakai ketika latihan meditasi dianjurkan berpakaian yang bersih, rapi, sopan,
warnanya yang tidak mencolok, longgar dan nyaman dipakai, dan tidak menggunakan
berbagai aksesoris atau bersolek secara berlebihan karena semua itu tidak mendukung
latihan meditasi bahkan bisa terjadi sebaliknya. Perlu diingatkan, sebelum melakukan
meditasi lebih bijak jika tidak makan berat 3 jam sebelumnya. Ini karena
perut yang terisi penuh dibebani pekerjaan mencerna makanan. Otak akan secara
otomatis juga bekerja dan tanpa sadar pikiran menjadi aktif kelompatan
tidak terkontrol dan bahkan terjun bebas ke wilayah beta frekuensi. Secara
tiba-tiba berbagai pikiran mengenai tugas kantor, kewajiban duniawi, beban hidup dan
sebagainya lagi (Diddi, Agephe, 2010; dalam
Zulkifli, 2014).
Setelah mendapatkan posisi yang nyaman untuk
bermeditasi, pertama-tama adalah untuk memejamkan mata. Anda tidak akan terlalu
mampu merasakan tubuh anda. Anda memerlukan beberapa menit untuk menjadi peka
terhadap perasaan tubuh anda. Demikianlah penyesuaian akhir terhadap postur
tubuh badan yang dilakukan setelah beberapa menit memejamkan mata (Ajahn
Braham, 2010 ; dalam Zulkifli, 2014).
Yang terbaik adalah membuat semuanya tetap sederhana
dan mulai dengan nafas anda, rasakanlah saat masuk dan keluar. Terutama, anda
dapat memperluaskan kewaspadaan untuk mengamati semua yang timbul dan lenyap, perputaran
dan pergerakan pikiran dan perasaan anda, kesan dan keinginan, batin dan
jasmani. Namun, mungkin perlu diperlukan waktu beberapa saat agar konsentrasi
dan perhatian murni menjadi cukup kuat untuk memegang obyek tanpa terlepas atau
terikat pada obyek tertentu atau terlalu kuat (Jon Kabat, 2013; dalam Zulkifli,
2014).
Persyaratan dalam melaksanakan cara atau teknis
meditasi ialah memerlukan kesabaran, ketekunan dan usaha. Hal ini disebabkan
karena seseorang yang menjalankan latihan meditasi kurang dari beberapa jam
setiap harinya, sehingga untuk mencapai suatu tingkat kemajuan tertentu harus menjalankan
usahanya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan tiada jalan pintas dalam
pencapaiannya tanpa ketekunan serta kemauan yang suci bersih saat menjalankannya.
Selain dari itu, moral yang baik juga menjadi landasan bagi perkembangan
konsentrasi dan kebijaksanaan dalam bermeditasi. Kehidupan yang baik dan
berbudi luhur sangat penting bagi seorang meditator karena tanpa itu, meditator
tidak akan dapat berkonsentrasi yang mana konsentrasi diperlukan untuk
mendapatkan kemajuan dalam berlatih meditasi (Desy,AS, 2009; dalam Zulkifli,
2014).
Momen-momen untuk mengakhiri meditasi formal mempunyai
cara yang rumit. Mengakhiri meditasi adalah transisi yang menatang kita untuk memperdalam
perhatian murni dan memperluas jangkauannya. Pada saat mengakhiri meditasi
formal, jika anda kurang perhatian, maka sebelum anda menyedarinya bisa saja
anda melakukan hal lain tanpa kewaspadaan pada bagaimana mengakhiri meditasi.
Proses transisinya bisa menjadi samar. Anda dapat membawa perhatian murni pada
proses ini dengan cara mengamati pikiran dan keinginan yang memberitahu anda
untuk berhenti bermeditasi. Apakah anda sudah bermeditasi selama satu jam atau
baru tiga menit, perasaan yang kuat bisa muncul tiba-tiba untuk mengatakan “Ini
sudah cukup”, atau anda melihat arloji anda dan mengatakan inilah saatnya untu
berhenti (Jon Kabat, 2013; dalam Zulkifli, 2014).
Langkah-langkah meditasi melalui tiga tahap, yaitu
tahap awal, tenga, dan akhir. Sebelum mengawali meditasi, kita kumpulkan
informasi, data, dan fakta yang berkaitan dengan masalah. Dengan cara itu,
dalam menjalani meditasi kita dapat terus-menerus tekun tanpa terpotong untuk
mencari bahan. Berikut langkah-langkah meditasi (Hardjana, 2003):
Awal meditasi
1.
Kita mencari
tempat yang cocok untuk merenung, tenang, dan tidak muda terganggu oleh
orang-orang sekitar atau orang-orang lalu lalang. Misalnya dikamar pribadi,
ruang doa, atau sudut rumah
2.
Kita membersihkan
segala perasaan negative yang berkecamuk dalam diri kita seperti sakit hati,
marah, dendam, benci. Tujuannya agar dalam meditasi kita tidak terganggu oleh
emosi negatif dan pikiran kita tetap seimbang dan jernih
3.
Kita menyingkirkan
segala pikiran dan kesibukan pikiran tentang masalah-masalah lain agar dalam
meditasi jalan pikiran kita tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak ada
hubungannya dengan pokok meditasi kita
4.
Kita bbisa
mengambil sikap badan yang sesuai dan enak dan tidak membuat kita menjadi cepat
lelah. Cara yang biasa adalah duduk di lantai atau di atas kursi
5.
Sebelum mulai
meditas, kita menenangkan diri misalnya dnegan mengatur napas kita. Dengan diri
yang tenang, kita dapat memasuki renungan dengan mantap.
Tengah
meditasi
1.
Kita
mengidentifikasi masalah dan menyebutnya. Misalnya “ saya mudah marah”.
2.
Kita menganalisis
kemarahan itu dengan menggunakan ingatan kita, misalnya; berapa kali saya marah
dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, kapan dan dimana saya marah, siapa
atau hal apa yang membuat saya marah, apa saja yang saya lakukan bila saya
marah? Apa akibatnya bagi saya sendiri maupun orang lain.
3.
Kita merumuskan
apa yang kita kehendak, mengurangi frekuensi marah atau menghentikan marah sama
sekali?
4.
Kita menetapkan
tujuan meditasi. Karena menghentikan marah sama sekali tidak mungkin, maka kita
menetapkan tujuan meditasi, yaitu mengurangi frekuensi marah, missal dari 5
kali perhari menjadi 3 kali
5.
Kita merumuskan
masalah: bagaimana mngurangi frekuensi marah
6.
Kita mencari berbagai
cara pemecahan masalah dengan menggunakan pikiran kita
7.
Setelah semua cara
pemecahan itu dipertimbangkan segi positif dan negatif, kita membuat keputusan
dengan menetapkan satu cara pemecahan terbaik
8.
Kita menetapkan
tindakan dan menyusun langkah-langkah untuk melaksanakan keputusan itu
9.
Kita membangkitkan
motivasi dan membulatkan tekad untuk melaksanakan tindakan yang sudah
ditetapkan untuk memecahkan masalah.
Akhir meditas
1.
Kita meninjau
kembali jalannya meditasi kita dan melihat kembali hasilna
2. Kita mencatat
keputusan yang kita buat dan tindakan serta langkah-langkah yang akan kita
ambil untuk melaksanakannya
Pandangan
budaya, agama, dan kesehatan berdasar evidence
Individu yang mencari sebuah ketenangan ada yang menggunakan
pendekatan agama sebagai saran auntuk mencari jalan keluar maupun sebagai
terapi psikologis bagi mereka. Calming Technique atau teknik menenangkan diri
salah satunya adalah meditasi. Meditasi menjadi salah satu pendekatan agama
yang cukup banyak diminati. Meditasi sendiri secara umum diketahui sebagai
metode dalam agama Buddha untuk menggapai ketenangan. Tujuan dari meditasi
dalam agama Buddha adalah untuk mencapa pandangan terang mesikpun dengan meditasi
seseorang dapat sembuh dari penyakit yang parah maupun mendapatkan kekuatan
supernormal (Priyoaji,
2017).
Dalam
tradisi keagamaan tertentu, meditasi dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan kehidupan rohani, mendekatkan diri kepada tuhan atau mencapai
kesadaran mistik, atau penyatuan mistik-transendental dengan tuhan. Tetapi
secara psikologis, menurut Walsh (1983) dalam Subandi (2001), mengatakan bahwa
ada 2 tujuan akhir dari praktek meditasi, yaitu pertama agar seseorang dapat
memiliki perkembangan insight yang paling dalam tentang kesadaran, identitas,
dan realitas. Kedua, agar seseorang memperoleh perkembangan kesejahteraan
psikologis dan kesadaran yang optimal. Selain tujuan akhir banyak orang yang
melaksanakan meditasi untuk mencapai tujuan-tujuan sementara, misalnya untuk
tujuan psikoterapi dan keuntungan psikofisiologis yang lain (Subandi, 2001).
Herbert
Benson meneliti bahwa orang yang melakukan meditasi sampai 20 menit sehari
menyatakan bahwa mereka merasa, perasaannya menjadi lebih tenang. Hal ini
karena dengan melakukan meditasi maka aliran neurotransmitter dan hormon stress
tertentu dikurangi. Meditasi sudah dikenal di seluruh dunia dan
direkomendasikan sebagai suatu bentuk praktek untuk meningkatkan kesehatan, baik fisik, pikiran, maupun jiwa
(Priyoaji, 2017).
Efek
meditasi pada fisik telah banyak dilakukan para ahli pada subjek yang
melaksanakan meditasi. Efek tesebut antara lain adalah pada gelombang otak
dengan EEG (Electro Enchepalo Graph) menunjukkan banyak muncul gelombang alpha,
yaitu gelombang otak yang terdapat pada kondisi tubuh yang rileks (Subandi,
2001).
Daftar Pustaka
Baskara, Adya., Soetjipto, H.P., Atamimi,
N. 2008.
Kecerdasan Emosi Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Program Meditasi.
Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Volume 35, No. 2, 101 – 115 ISSN: 0215-8884.
URL: https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7947/6145
DEPKES RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer-Alternatif. September 12, 2012.
Gross, J.J., & John, O. P. (2003).
Individual differences in two emotion regulation processed: Implications for
affect, relationships, and well being. Journal of Personality and Social
Psychology, 85(2), 348-362.
Hardjana, Agus. M. 2003.
Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: KANISIUS.
Hayens, Leenen, Soetrisno, (2006), Buku
Pintar Menaklukkan Hipertensi, Penterjemah Karyani, Jakarta :Ladang Pustaka
& Intimedia,
Kadiyono, Annisa. L. 2016. Teknik Yoga
sebagai Intervensi dalam Melakukan Anger Management Pada Wanita Dewasa Awal.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016. Hal: 185-200. Retreived
From URL: https://www.researchgate.net/publication/319933931_
Moyad, M. and
Hawks, J.H. (2009). Complementary and
Alternative Therapies. In: Dalam Black, J.M. and Hawk, J.H., Eds., Medical
Surgical Nursing: Clinical Management For Positive Outcomes, 8th Edition.
Elsevier Saunders.
Priyoaji, Kumbang. S. 2017. Bimbingan
Meditasi Zen dan Implikasinya terhadap Kesehatan Mental: Studi Atas Kelompok
Meditasi Zen di Vihara Buddha Prabha Gondomanan Yogyakarta. URL: digilib.uin-suka.ac.id/28908/1/09520006_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
Ramaiah, S. 2007. All you wanted to know
about hypertension : Metode praktis untuk menghadapi hipertensi dengan
perpaduan ilmu barat dan Timur. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia. URL : jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/58/58
Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 Essential Skill for
Overcoming Life’s Inevitable Obstacle. New York: Random House, Inc
Sakti, Nona, P.R. 2018. Pengaruh Terapi
Komplementer Meditasi terhadap Respon Nyeri pada Penderita Rheumathoid
Arthritis. Hal: (1-15). URL: eprints.ums.ac.id/63024/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Scherb, Cindy.A., Stevens, Marcia. S.,
Busman, Carol. 2007. Outcomes Related to Dehydration in the Pediatric
Population. Journal of Pediatric Nursing, Vol 22, No 5 (October), 2007.
Retreived from URL: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0882596306004210
Subandi, M.A. 2001. Latihan Meditasi untuk
Psikoterapi. URL: https://repository.ugm.ac.id/101151/6/Psikoterapi-Latihan%20Meditasi%20untuk%20psikoterapi0001.pdf
Sudiarto, Wijayanti, R., Sumed, T. 2007.
Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia
dengan Hipertensi di Wilayah Binaan Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara.
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2,
No.3, November 2007. Hal: (118-126). URL :
download.portalgaruda.org/article.php?article=10521&val=715
Suryani, Luh, Ketut, (2000), Menemukan
Jati Diri Dengan Meditasi, Jakarta: Elex Media Komputindo,
Vitahealth. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Zulkifli, Mohd Amirul Taqiyuddin Bin, 2014. Aplikasi Nilai-Nilai Meditasi dalam Kehidupan
Umat Buddha di Daerah Besut, Terengganu. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Riau. URL : http://repository.uin-suska.ac.id/3921