Senin, 24 Juni 2019

Terapi Calming Technique Meditasi dan Aplikasinya dalam Keperawatan



Rasa marah, stres, atau perasaan cemas akan mencetuskan beberapa sensasi dan perubahan fisik, meliputi peningkatan aliran darah menuju otot, ketegangan otot, mempercepat atau memperlambat pernapasan, dan meningkatkan denyut jantung. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka respon psikofisiologikal yang berulang dapat membahayakan kondisi tubuh. Oleh karenanya, gerakan fisiologis berupa latihan relaksasi akan membalikkan efek stres yang melibatkan bagian parasimpatik dari sistem saraf pusat. Relaksasi akan menghambat peningkatan saraf simpatik, sehingga hormon penyebab disregulasi tubuh dapat dikurangi jumlahnya. Sistem saraf parasimpatik yang memiliki fungsi kerja yang berlawanan dengan saraf simpatik akan memperlambat atau memperlemah kerja alat-alat internal tubuh. Akibatnya terjadi penurunan detak jantung, irama napas,
Reivich dan Shatte (2002) mengemukakan dua hal penting yang terkait dengan regulasi emosi, yaitu ketenangan (calming) dan fokus (focusing). Individu yang mampu mengelola kedua keterampilan ini, dapat membantu meredakan emosi yang ada, memfokuskan pikiran-pikiran yang mengganggu dan mengurangi stres. Menurut Gross & John (2003), regulasi emosi sebagai pemikiran atau peringatan dipengaruhi oleh emosi individu dan bagaimana individu mengalami dan mengungkapkan emosinya. Ketika individu sedang mengalami emosi yang negatif biasanya tidak dapat berfikir dengan jernih dan melakukan tindakan diluar kesadaran. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk memahami teknik menenangkan (calming technique) salah satunya adalah terapi yoga untuk klien agar tujuan perawatan secara holistik yang meliputi body, mind, spirit dapat tercapai dan memaksimalkan terapi medis klien.

Calming techniques merupakan teknik untuk mengurangi kecemasan pada pasien yang mengalami distress akut (Scherb, et.al, 2007). Calming technique mencakup kemampuan meredakan emosi marah. Indikator penilaian aspek ini adalah:
1.      Commitment, yaitu kemampuan menyelaraskan tujuan-tujuan diri pada kelompok untuk menjaga batas kemarahan sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Contoh: Saya dapat memendam rasa marah agar keharmonisan lingkungan tetap terjaga.
2.      Innitiative, yaitu kesiapan untuk bertindak dalam setiap kesempatan yang ada dengan melakukan teknik mengendalikan emosi marah. Contoh item: Ketika saya marah, saya akan diam dan pergi menyendiri untuk menenangkan pikiran dan perasaan saya (Kadiyono, 2016).
Contoh dalam Calming Technique adalah:
1.      Breathing (bernapas)
Bernafas adalah suatu tindakan yang otomatis tanpa harus diperintah untuk melakukannya, tetapi jika individu bernafas dengan cepat dan dangkal akan mengurangi jumlah oksigen yang tersedia dan otak akan bereaksi terhadap hal ini dengan panik. Bagian dari proses panik adalah peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Dengan mengatur nafas menjadi lebih pelan dan dalam akan membuat peregangan pada otot-otot tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan tenang yang membuat penurunan pada tekanan darah (Kadiyono, 2016).
2.      Meditasi
Meditasi merupakan teknnik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian sehingga dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya dapat membawa proses-proses mental menjadi lebih terkontrol secara sadar (Baskara, et.al, 2008).
Meditasi dalam yoga dimaksudkan untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang ada dengan memfokuskan satu titik dan mengkonsentrasikannya dengan nafas, berupaya menenangkan pikiran, mendamaikan pikiran, serta menanamkan pemahaman dan penerimaan diri yang lebih besar. Meditasi akan membantu untuk menenangkan dan mengurangi kemarahan (Bhave & Saini, 2009) dalam (Kadiyono, 2016):, serta mengurangi stres dan mengatasi kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan, emosi negatif lainnya, meningkatkan pengendalian emosi, membantu menenangkan pikiran (Rawls, 2010) dalam (Kadiyono, 2016). 



    Aplikasi Meditasi dalam keperawatan
1.      Mengurangi hipertensi dengan relaksasi meditasi
Menurut Gregson (2007), Hawari (2001), dan Potter & Perry (2000), bahwa stress mengakibatkan pengeluaran epinefrin dan norepinefrin berlebihan. Hal tersebut menstimulasi sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kemudian kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi yang memengaruhi respon pembuluh darah. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin. Hal ini akan memicu peningkatan tekanan darah yang tidak terkendali (Vita-health, 2006).
Salah satu pengelolaan penderita hipertensi adalah menggunakan pengobatan non farmakologis yaitu menciptakan keadaan rileks dengan berbagai cara seperti meditasi, yoga yang dapat mengontrol sistem syaraf yang akhirnya menurunkan tekanan darah. Dewasa ini ketenangan pikiran untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal sudah terbukti sangat efektif (Knight,2001). Menurut Suryani (2000), secara umum latihan relaksasi meditasi dapat menurunkan tekanan darah tinggi sistolik lebih dari 20 mmHg dan diastolik 10 -15 mmHg. Relaksasi menjadikan efek obat hipertensi lebih efektif, jika penderita yang sedang melaksanakan pengobatan farmakologis. Sedangkan menurut Brunner & Suddart (2002), berdasarkan beberapa penelitian, pendekatan non farmakologis termasuk relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus di lakukan pada terapi hipertensi.
Sudiarto, et.al (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh relaksasi meditasi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah binaan RSU Emanuel Klampok Banjarnegara dengan kriteria usia antara 60 – 74 tahun, mempunyai tekanan darah antara 140/90 mm Hg sampai dengan 159/99 mm Hg, mengikuti terapi relaksasi meditasi dengan durasi 2 x 15 menit, 3 x seminggu selama 4 minggu. Hasilnya, rata-rata tekanan darah sistolik sebelum relaksasi meditasi sebesar 147,3 mmHg, sedangkan diastoliknya 90,7 mmHg, setelah melakukan relaksasi meditasi sistoliknya dapat diturunkan sebasar 7,67 mmHg, sedangkan diastoliknya 0,67 mmHg (Sudiarto, et.al 2007).
Penurunan ini disebabkan karena relaksasi meditasi pada prinsipnya adalah memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akan mengalami relaksasi dan pada akhirnya akan mengalami kondisi keseimbangan, dengan demikian relaksasi meditasi yang berintikan pada pernafasan akan meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot, sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun (Suryani, 2000). Selain itu, meditasi juga dapat menekan pengeluaran hormon yang dapat meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, yaitu epinefrin, kortisol, steroid, dan aldosteron (Ramaiah, 2007).
Menurut Hayens, (2006), tekanan sistolik salah satunya dipengaruhi oleh psikologis sehingga dengan relaksasi akan mendapatkan ketenangan dan tekanan sistolik akan turun, selain itu tekanan darah sistolik juga dipengaruhi sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal sehingga dengan relaksasi meditasi yang berfokus pada pengaturan pernapasan akan terjadi penurunan nadi dan penurunan tekanan darah sistolik. Sedangkan tekanan diastolik terkait dengan sirkulasi koroner, jika arteri koroner mengalami aterosklerosis akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah diastolik, sehingga dengan relaksasi meditasi tidak mengalami penurunan tekanan diastolik yang berarti.
2.      Menurunkan nyeri dengan meditasi
Hasil penelitian Sakti, NPR (2018), menunjukkan bahwa pemberian terapi komplementer meditasi efektif terhadap penurunan respon nyeri pada penderita rheumatoid artritis di Desa Makam Haji Kartasura. Dalam penelitian ini untuk mengatasi nyeri dengan menggunakan terapi komplmeneter meditasi karena meditasi adalah suatu kondisi yang rileks untuk berkonsentrasi atau suatu kondisi pikiran yang bebas dari segala pikiran, semua yang melelahkan, dan yang berfokus pada Tuhan. Meditasi ini bisa menenangkan otak dan memperbaiki atau memulihkan tubuh sehingga dengan kondisi demikian nyeri dapat berkurang (Widodo, 2013) dalam Sakti, NPR (2018).

Cara-Cara Bermeditasi
Cara untuk bermeditasi dalam memilih posisi bagi para pemula adalah bebas tetapi biasanya posisi meditasi yang baik adalah duduk bersila di lantai yang beralas dengan meletakkan kaki kanan di atas kaki kiri dan tangan kanan menumpu tangan kiri di pangkuan. Juga diperbolehkan duduk dalam posisi setengah bersila dengan melipatkan kaki ke samping. Bahkan kalau tidak memungkinkan, maka boleh duduk di kerusi. Yang penting badan dan kepala harus tegak tetapi tidak kaku atau tegang. Duduk senyaman mungkin tanpa bersandar. Mulut dan mata harus ditutup agar dapat membantu memudahkan konsentrasi. Selama bermeditasi, hendaknya tidak digerakkan anggota badan.  Namun, apabila badan jasmani merasa tidak enak, maka diperbolehkan untuk menggerakkan anggota badan atau mengubah kedudukan meditasi tersebut. Tetapi hal ini hendaklah dilakukan secara perlahan disertai dengan penuh perhatian dan kesadaran. Jika meditasi telah maju, maka dapat dilanjutkan meditasi tersebut ke peringkat yang lebih tinggi dalam berbagai posisi, baik berdiri mapun berbaring (Ibid. hlm. 82. Dalam Zulkifli, 2014).
Pakaian yang dipakai ketika latihan meditasi dianjurkan berpakaian yang bersih, rapi, sopan, warnanya yang tidak mencolok, longgar dan nyaman dipakai, dan tidak menggunakan berbagai aksesoris atau bersolek secara berlebihan karena semua itu tidak mendukung latihan meditasi bahkan bisa terjadi sebaliknya. Perlu diingatkan, sebelum melakukan meditasi lebih bijak jika tidak makan berat 3 jam sebelumnya. Ini karena perut yang terisi penuh dibebani pekerjaan mencerna makanan. Otak akan secara otomatis juga bekerja dan tanpa sadar pikiran menjadi aktif kelompatan tidak terkontrol dan bahkan terjun bebas ke wilayah beta frekuensi. Secara tiba-tiba berbagai pikiran mengenai tugas kantor, kewajiban duniawi, beban hidup dan sebagainya lagi (Diddi, Agephe, 2010; dalam Zulkifli, 2014).
Setelah mendapatkan posisi yang nyaman untuk bermeditasi, pertama-tama adalah untuk memejamkan mata. Anda tidak akan terlalu mampu merasakan tubuh anda. Anda memerlukan beberapa menit untuk menjadi peka terhadap perasaan tubuh anda. Demikianlah penyesuaian akhir terhadap postur tubuh badan yang dilakukan setelah beberapa menit memejamkan mata (Ajahn Braham, 2010 ; dalam Zulkifli, 2014).
Yang terbaik adalah membuat semuanya tetap sederhana dan mulai dengan nafas anda, rasakanlah saat masuk dan keluar. Terutama, anda dapat memperluaskan kewaspadaan untuk mengamati semua yang timbul dan lenyap, perputaran dan pergerakan pikiran dan perasaan anda, kesan dan keinginan, batin dan jasmani. Namun, mungkin perlu diperlukan waktu beberapa saat agar konsentrasi dan perhatian murni menjadi cukup kuat untuk memegang obyek tanpa terlepas atau terikat pada obyek tertentu atau terlalu kuat (Jon Kabat, 2013; dalam Zulkifli, 2014).
Persyaratan dalam melaksanakan cara atau teknis meditasi ialah memerlukan kesabaran, ketekunan dan usaha. Hal ini disebabkan karena seseorang yang menjalankan latihan meditasi kurang dari beberapa jam setiap harinya, sehingga untuk mencapai suatu tingkat kemajuan tertentu harus menjalankan usahanya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan tiada jalan pintas dalam pencapaiannya tanpa ketekunan serta kemauan yang suci bersih saat menjalankannya. Selain dari itu, moral yang baik juga menjadi landasan bagi perkembangan konsentrasi dan kebijaksanaan dalam bermeditasi. Kehidupan yang baik dan berbudi luhur sangat penting bagi seorang meditator karena tanpa itu, meditator tidak akan dapat berkonsentrasi yang mana konsentrasi diperlukan untuk mendapatkan kemajuan dalam berlatih meditasi (Desy,AS, 2009; dalam Zulkifli, 2014).
Momen-momen untuk mengakhiri meditasi formal mempunyai cara yang rumit. Mengakhiri meditasi adalah transisi yang menatang kita untuk memperdalam perhatian murni dan memperluas jangkauannya. Pada saat mengakhiri meditasi formal, jika anda kurang perhatian, maka sebelum anda menyedarinya bisa saja anda melakukan hal lain tanpa kewaspadaan pada bagaimana mengakhiri meditasi. Proses transisinya bisa menjadi samar. Anda dapat membawa perhatian murni pada proses ini dengan cara mengamati pikiran dan keinginan yang memberitahu anda untuk berhenti bermeditasi. Apakah anda sudah bermeditasi selama satu jam atau baru tiga menit, perasaan yang kuat bisa muncul tiba-tiba untuk mengatakan “Ini sudah cukup”, atau anda melihat arloji anda dan mengatakan inilah saatnya untu berhenti (Jon Kabat, 2013; dalam Zulkifli, 2014).
Langkah-langkah meditasi melalui tiga tahap, yaitu tahap awal, tenga, dan akhir. Sebelum mengawali meditasi, kita kumpulkan informasi, data, dan fakta yang berkaitan dengan masalah. Dengan cara itu, dalam menjalani meditasi kita dapat terus-menerus tekun tanpa terpotong untuk mencari bahan. Berikut langkah-langkah meditasi (Hardjana, 2003):
         Awal meditasi
1.      Kita mencari tempat yang cocok untuk merenung, tenang, dan tidak muda terganggu oleh orang-orang sekitar atau orang-orang lalu lalang. Misalnya dikamar pribadi, ruang doa, atau sudut rumah
2.      Kita membersihkan segala perasaan negative yang berkecamuk dalam diri kita seperti sakit hati, marah, dendam, benci. Tujuannya agar dalam meditasi kita tidak terganggu oleh emosi negatif dan pikiran kita tetap seimbang dan jernih
3.      Kita menyingkirkan segala pikiran dan kesibukan pikiran tentang masalah-masalah lain agar dalam meditasi jalan pikiran kita tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pokok meditasi kita
4.      Kita bbisa mengambil sikap badan yang sesuai dan enak dan tidak membuat kita menjadi cepat lelah. Cara yang biasa adalah duduk di lantai atau di atas kursi
5.      Sebelum mulai meditas, kita menenangkan diri misalnya dnegan mengatur napas kita. Dengan diri yang tenang, kita dapat memasuki renungan dengan mantap.
           Tengah meditasi
1.      Kita mengidentifikasi masalah dan menyebutnya. Misalnya “ saya mudah marah”.
2.      Kita menganalisis kemarahan itu dengan menggunakan ingatan kita, misalnya; berapa kali saya marah dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, kapan dan dimana saya marah, siapa atau hal apa yang membuat saya marah, apa saja yang saya lakukan bila saya marah? Apa akibatnya bagi saya sendiri maupun orang lain.
3.      Kita merumuskan apa yang kita kehendak, mengurangi frekuensi marah atau menghentikan marah sama sekali?
4.      Kita menetapkan tujuan meditasi. Karena menghentikan marah sama sekali tidak mungkin, maka kita menetapkan tujuan meditasi, yaitu mengurangi frekuensi marah, missal dari 5 kali perhari menjadi 3 kali
5.      Kita merumuskan masalah: bagaimana mngurangi frekuensi marah
6.      Kita mencari berbagai cara pemecahan masalah dengan menggunakan pikiran kita
7.      Setelah semua cara pemecahan itu dipertimbangkan segi positif dan negatif, kita membuat keputusan dengan menetapkan satu cara pemecahan terbaik
8.      Kita menetapkan tindakan dan menyusun langkah-langkah untuk melaksanakan keputusan itu
9.      Kita membangkitkan motivasi dan membulatkan tekad untuk melaksanakan tindakan yang sudah ditetapkan untuk memecahkan masalah.

                      Akhir meditas
1.      Kita meninjau kembali jalannya meditasi kita dan melihat kembali hasilna
2.     Kita mencatat keputusan yang kita buat dan tindakan serta langkah-langkah yang akan kita ambil untuk melaksanakannya



    
 Pandangan budaya, agama, dan kesehatan berdasar evidence
Individu yang mencari sebuah ketenangan ada yang menggunakan pendekatan agama sebagai saran auntuk mencari jalan keluar maupun sebagai terapi psikologis bagi mereka. Calming Technique atau teknik menenangkan diri salah satunya adalah meditasi. Meditasi menjadi salah satu pendekatan agama yang cukup banyak diminati. Meditasi sendiri secara umum diketahui sebagai metode dalam agama Buddha untuk menggapai ketenangan. Tujuan dari meditasi dalam agama Buddha adalah untuk mencapa pandangan terang mesikpun dengan meditasi seseorang dapat sembuh dari penyakit yang parah maupun mendapatkan kekuatan supernormal (Priyoaji,  2017).
Dalam tradisi keagamaan tertentu, meditasi dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kehidupan rohani, mendekatkan diri kepada tuhan atau mencapai kesadaran mistik, atau penyatuan mistik-transendental dengan tuhan. Tetapi secara psikologis, menurut Walsh (1983) dalam Subandi (2001), mengatakan bahwa ada 2 tujuan akhir dari praktek meditasi, yaitu pertama agar seseorang dapat memiliki perkembangan insight yang paling dalam tentang kesadaran, identitas, dan realitas. Kedua, agar seseorang memperoleh perkembangan kesejahteraan psikologis dan kesadaran yang optimal. Selain tujuan akhir banyak orang yang melaksanakan meditasi untuk mencapai tujuan-tujuan sementara, misalnya untuk tujuan psikoterapi dan keuntungan psikofisiologis yang lain (Subandi, 2001).
Herbert Benson meneliti bahwa orang yang melakukan meditasi sampai 20 menit sehari menyatakan bahwa mereka merasa, perasaannya menjadi lebih tenang. Hal ini karena dengan melakukan meditasi maka aliran neurotransmitter dan hormon stress tertentu dikurangi. Meditasi sudah dikenal di seluruh dunia dan direkomendasikan sebagai suatu bentuk praktek untuk meningkatkan  kesehatan, baik fisik, pikiran, maupun jiwa (Priyoaji,  2017).
Efek meditasi pada fisik telah banyak dilakukan para ahli pada subjek yang melaksanakan meditasi. Efek tesebut antara lain adalah pada gelombang otak dengan EEG (Electro Enchepalo Graph) menunjukkan banyak muncul gelombang alpha, yaitu gelombang otak yang terdapat pada kondisi tubuh yang rileks (Subandi, 2001).




Daftar Pustaka

Baskara, Adya., Soetjipto, H.P., Atamimi, N. 2008. Kecerdasan Emosi Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Program Meditasi. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada  Volume 35, No. 2, 101 – 115 ISSN: 0215-8884. URL: https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7947/6145
DEPKES RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1109 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif. September 12, 2012.
Gross, J.J., & John, O. P. (2003). Individual differences in two emotion regulation processed: Implications for affect, relationships, and well being. Journal of Personality and Social Psychology, 85(2), 348-362.
Hardjana, Agus. M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: KANISIUS.
Hayens, Leenen, Soetrisno, (2006), Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi, Penterjemah Karyani, Jakarta :Ladang Pustaka & Intimedia,
Kadiyono, Annisa. L. 2016. Teknik Yoga sebagai Intervensi dalam Melakukan Anger Management Pada Wanita Dewasa Awal. Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016. Hal: 185-200. Retreived From URL: https://www.researchgate.net/publication/319933931_
Moyad, M. and Hawks, J.H. (2009). Complementary and Alternative Therapies. In: Dalam Black, J.M. and Hawk, J.H., Eds., Medical Surgical Nursing: Clinical Management For Positive Outcomes, 8th Edition. Elsevier Saunders.
Priyoaji, Kumbang. S. 2017. Bimbingan Meditasi Zen dan Implikasinya terhadap Kesehatan Mental: Studi Atas Kelompok Meditasi Zen di Vihara Buddha Prabha Gondomanan Yogyakarta. URL: digilib.uin-suka.ac.id/28908/1/09520006_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
Ramaiah, S. 2007. All you wanted to know about hypertension : Metode praktis untuk menghadapi hipertensi dengan perpaduan ilmu barat dan Timur. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. URL : jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/58/58
Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 Essential Skill for Overcoming Life’s Inevitable Obstacle. New York: Random House, Inc
Sakti, Nona, P.R. 2018. Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi terhadap Respon Nyeri pada Penderita Rheumathoid Arthritis. Hal: (1-15). URL: eprints.ums.ac.id/63024/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Scherb, Cindy.A., Stevens, Marcia. S., Busman, Carol. 2007. Outcomes Related to Dehydration in the Pediatric Population. Journal of Pediatric Nursing, Vol 22, No 5 (October), 2007. Retreived from URL: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0882596306004210
Sudiarto, Wijayanti, R., Sumed, T. 2007. Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Binaan Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 2, No.3, November 2007. Hal: (118-126). URL : download.portalgaruda.org/article.php?article=10521&val=715
Suryani, Luh, Ketut, (2000), Menemukan Jati Diri Dengan Meditasi, Jakarta: Elex Media Komputindo,
Vitahealth. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Zulkifli, Mohd Amirul Taqiyuddin Bin, 2014. Aplikasi Nilai-Nilai Meditasi dalam Kehidupan Umat Buddha di Daerah Besut, Terengganu. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Riau. URL : http://repository.uin-suska.ac.id/3921