Senin, 02 April 2018

EVAKUASI KORBAN


EVAKUASI KORBAN

Evakuasi adalah upaya memindahkan korban ke pusat pelayanan kesehatan atau tempat rujukan lainnya agar korban mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Evakuasi korban merupakan  kegiatan memindahkan korban dari lokasi kejadian menuju ke tempat aman. Upaya ini penting dilakukan dalam situasi tertentu dan keadaan tertentu yang sangat penting, misalnya saat evakuasi korban gawat darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan dan pengobatan di rumah sakit sehingga evakuasi korban harus dilakukan secara cepat dan waspada serta diusahakan tidak memperburuk keadaan korban atau menambah cedera baru.
Jenis Evakuasi dibagi menjadi dua yaitu;
-          Emergency Move adalah evakuasi yang harus dilakukan karena situasi yang khusus seperti; lokasi dengan kejadian gas beracun, kemungkinan longsor atau runtuh, kebakaran.
-          Non Emergency Move adalah evakuasi yang masihh bisa ditunda atau tidak harus segera dilakukan yaitu pada lokasi kejadian yang relative aman.

A.    Syarat korban untuk dapat evakuasi
1.      Penilaian awal sudah dilakukan lengkap, dan keadaan umum korban dipantau terus
2.      Denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal
3.      Perdarahaan yang ada sudah ditangani
4.      Mutlak tidak ada cedera spina
5.      Rute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong dan korban
Kenyamanan dan kondisi cedera harus menjadi pertimbangan utama dalam memindahkan korban. Ada dua hal penting yaitu:
1.      Lebih baik memindahkan barang-barang yang membahayakan korban. Jika hal ini tidak mungkin untuk dilakukan ,baru dilakukan usaha memindahkan korban
2.      Jangan memindahkan sendiri korban jika ada orang lain yang dapat membantu
Agar cedera korban tidak bertambah parah, tunggu sampai orang yang ahli datang karena penanganan yang ceroboh dapat memperparah cedera,  misalnya tulang yang patah dapat merobek pembuluh darah dan menyebabkan  perdarahan hebat. Pilihlah teknik pengangkatan  dan pemindahan korban  yang sesuai dengan  kondisi cedera, jumlah tenaga penolong, ukuran tubuh korban, dan rute yang akan dilewati.
Penggunaan tubuh penolong  dalam melaukukan pengangkatan dan pemindahan korban perlu  mendapat perhatian  yang serius. Jangan sampai akibat cara melakukan transportasi yang salah, cedera atau keadaan korban bertambah parah, atau bahkan  penolong mengalami cedera.

B.     Hal penting bagi penolong saat memindahkan dan mengangkat korban:
1.      Memikirkan kesulitan memindahkan korban sebelum mencobanya
2.      Jangan mencoba mengangkat dan menurunkan korban jika tidak dapat mengendalikannya
3.      Selalu memulai dari posisi seimbang dan tetap jaga keseimbangan
4.      Merencanakan pergerakan sebelum mengangkat
5.      Berdiri dengan kedua kaki sedikit meregang
6.      Menggunakan tumpuan kaki (paha) untuk mengangkat
7.      Mengupayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong
8.      Melakukan gerakan secara menyeluruh, serentak, dan mengupayakan agar bagian tubuh saling menopang
9.      Mengurangi jarak atau tinggi  yang harus dilalui korban  jika dapat dilakukan
10.  Memperbaiki posisi dan  mengangkat secara bertahap
11.  Menjaga punggung tetap tegak waktu  mengangkat korban atau menjaga kelurusan tulang belakang dan membengkokkan lutut untuk menopang berat badan saat mengangkat korban, hindari membungkukan punggung.
12.  Berkoordinasi dan berkomunikasi antar penolong dan juga persiapan fisik penolong
13.  Rencanakan setiap gerakan
14.  Pertahankan sikap tegak saat berdiri, berlutut maupun duduk, jangan membungkuk
15.  Gunakan otot fleksor ( otot untuk menekuk, bukan otot untuk meluruskan )
16.  Saat mengangkat dengan tangan, telapak tangan menghadap ke arah depan.
17.  Dalam posisi berlutut, satu tungkai tertekuk pada lutut dengan tungkai bawah sejajar lantai, tungakai lain tertekuk pada lutut dengan telapak kaki bertumbpu pada lantai.
18.  Jumlah orang yang melakukan pengangkatan sebaiknya genap

Pada pemindahan korban, selain hal di atas, perlu menanyakan beberapa pertanyaan seperti:
-          Kapan saatnya korban harus dipindah?
-          Apakah penilaian dan pemeriksaan korban harus selesai sebelum pemindahan?
-          Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjaga tulang belakang?
Semua itu bergantung keadaan. Tidak perlu memindahkan korban yang tidak ada bahaya luar yang mengancam sebelum korban ditangani.
Pemindahan darurat dilakukan apabila:
1.      Ada bahaya langsung terhadap korban, sepeti kebakaran, bahaya ledakan, bangunan yang tidak stabil, mobil terbalik yang mungkin akan terbakar, kerumunan massa yang resah, ada material berbahaya, tumpahan minyak, cuaca ekstrem, dan sebagainya
2.      Memperoleh jalan masuk menuju korban lainnya
3.      Tindakan penyelamatan nyawa seperti RJP perlu memindahkan dan memposisikan korban (kasus henti jantung)
Bahaya yang mungkin terjadi akibat  proses pemindahan ini adalah memicu terjadinya cedera spinal, yang dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher agar tetap ekstensi. Pada keadaan yang tidak darurat, pemindahan korban dilakukan apabila semuanya telah siap dan korban selesai ditangani. Pada korban luka berat atau terhimpit oleh benda berat atau bangunan, sangat memerlukan resusitasi secepatnya. Oleh karena itu, dalam mengevakuasi korban, tim penolong harus memiliki keterampilan melakukan resusitasi sebagai life saving yang dilakukan bersamaan dengan pembebasan korban dari himpitan benda berat dan membawa korban ke tempat pelayanan yang telah disiapkan.. khusus pada pembebasan korban yang terisolasi disuatu tempat reruntuhan (misalnya akibat gempa) harus dibarengi dengan prosedur resusitasi, tetapi prosedur ini mengalami beberapa kesulitan seperti posisi korban dan ruangan  yang sangat terbatas untuk melakukan maneuver oksigenasi. Oleh karena itu, tim harus mempunyai keterampilan dan alat khusus untuk membebaskannya.
Selama pembebasan (evakuasi) korban dari himpitan, tim penolong harus dapat menstabilakan tulang belakang, mengimobilisasi korban untuk kemungkinan adanya tulang panjang, mengontrol rasa nyeri, dan mencegah kematian mendadak akibat hyperkalemia atau hipotermia. Secara umum ada berbagai contoh cara memindahkan korban, yaitu menarik (drag), mengangkat (carry) dan menopang (crutch).
C.    Macam-macam evakuasi:
1.      Evakuasi satu penolong
Sebelum melakukan pemindahan, harus sudah dipastikan bahwa korban tidak mengalami cedera spinal, cedera tulang tengkorak, dan gegar otak. Teknik evakuasi yang dapat dilakukan:
a.       Teknik menarik korban
Teknik ini dapat digunakan untuk memindahkan korban dalam jarak dekat. Pastikan permukaan tanah cukup rata agar tidak menambah luka ( gambar 1).


gambar 1: ENDROSAMBODO.wordpress.com

-          Menarik kemeja korban (shirt drag) atau tarikan bahu
Bagian kemeja yang ditarik adalah bagian punggung belakang. Jika terlalu depan, terdapat risiko kemeja lepas dan mencekik korban
-          Menarik ketiak korban ( tarikan lengan )
Tempatkan kedua tangan pada masing-masing ketiak korban dan Tarik korban secara perlahan. Teknik menarik ketiak ini adalah teknik drag paling aman bagi korban, sebab korban dipegang langsung oleh penolong sehingga risiko terlepas lebih kecil
-          Menarik dengan selimut
Tempatkan bahan tertentu sebagai alas, seperti kain selimut, kardus, dan lain-lain. Korban ditempatkan di alas (selimut) lalu tarik korban
-          Mengusung melalui lorong sempit (fire fighter drag) atau merangkak
Teknik ini dikenal dengan teknik pemadam kebakaran. Tangan korban  diikat dan digantungkan dileher penolong. Cegah kepala korban agar tidak terseret ditanah dengan memegang menggunakan satu tangan atau menggantungkannya.

b.      Teknik mengangkat korban

Teknik ini dipakai untuk memindahkan korban dengan jarak sedang atau cukup jauh. Dengan teknik ini, penolong dapat sedikit menghemat tenaga, sebab tidak perlu membungkukkan badan, tetapi harus menopang keseluruhan berat badan korban. Untuk itu, pertimbangkan juga kekuatan angkat dan berat badan korban ( gambar 2). Macam-macam teknik mengangkat korban :

gambar 2: endrosambodo1984.wordpress.com

-          Gendong punggung (piggy back carry) atau menggendong
Untuk korban sadar tetapi tidak dapat berdiri, dapat dipindahkan dnegan menggendong korban di belakang penolong. Posisi tangan penolong dapat menopang pantat korban atau pengunci kedua lengan korban.
-          Teknik menopang (crutch)
Jika korban masih bisa berjalan meskipun sedikit, maka korban dapat dibantu dengan memapahnya. Tangan korban dirangkulkan dipundak penolong, salah satu tangan penolong memegang pinggang korban untuk mengantisipasi jika korban pingsan atau mendadak lemas
-          Mengangkat depan/memapah (cradle carry)
Korban yang sadar tetapi lemas, tidak dapat berjalan  dan tangan hanya dapat menggantung pasif ke leher penolong, sebaiknya dipindahkan cara membopong,
-          Menjulang
Teknik menjulang dilakukan untuk penolong satu orang dan diperlukan  pergerakan yang cepat atau menempuh jarak jauh.  Posisi ini akan membuat penolong leluasa untuk bergerak

c.       Evakuasi oleh dua penolong
Jika jumlah penolong terbatas dan korban harus segera dievakuasi maka dapat digunakan teknik ini ( gambar 3&4).
                  
gambar 3: endrosambodo1984.wordpress.com        gambar 4:bakti-husada.blogspot.com

Evakuasi dengan dua penolong dapat dilakukan dengan:
1.      Korban diangkat dengan  menggunakan tangan sebagai tandu ( gambar 3)
2.      Mengusung korban dengan menggunakan kursi sebagai tandu ( gambar 4)

d.      Evakuasi korban lebih dari 2 penolong
Evakuasi korban dengan 3 atau lebih, dapat menggunakan papan spinal yang panjang (LSB) yang biasa digunakan untuk korban cedera spinal. Korban yang harus mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut, dibawa ke rumah sakit atau tempat rujukan lain. Pada keadaan  ketika kendaran tidak dapat menjangkau lokasi, evakuasi korban dengan tandu darurat merupakan sebuah alternative yang sangat penting.
D.    Pedoman Pengangkatan Beregu
Dalam sebuah operasi pertolongan, kita sering ditugaskn sebagai satu kesatuan kelompok atau sebuah regu sehingga untuk menyeragamkan sikap dan tindakan dalam pelaksanaan pertolongan pertama dalam pengangkutan beregu maka perlu diperhatikan pedoman pelaksanaan transportasi sebagai berikut:
1.      Tiap regu terdiri sekurang-kurangnya 6 orang dengan pembagian masing-masing anggota regu
2.      Posisi korban saat diangkut adalah berbaring di atas tandu atau posisi lain sesuai kondisi  dan indikasi korban dengan kaki menghadap ke depan, kecuali saat:
a.       Melewati pagar/tembok penghalang
b.      Melewati gorong-gorong
c.       Naik tebing
d.      Melewati sungai yang arusnya berlawanan
e.       Melewati jalan sempit dengan angkutan tanpa alat (ATA)
f.        Memasukkan korban ke ambulans
3.      Saat berjalan sebaiknya langkah penolong disamakan sehingga teratur dan ritmis. Untuk itu dalam mengawali setiap perjalanan langkah harus seragam dan bersamaan








Daftar Pustaka
Ramsi, Irhash. F. 2014. Basic Life Support: Buku Panduan. Edisi 13. Jakarta:EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar