Minggu, 05 November 2017

Penanganan Fraktur dengan Balut Bidai

Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau  imobilisasi dari lokasi traumdengan menggunakan penyangga misalnya splinting (spalk). Balut bidai adalah jalinan bilah (rotan, bambu) sebagai kerai (untuk tikar, tirai penutup pintu, belat, dan sebagainya) atau jalinan bilah bambu (kulit kayu randu dsb) untuk membalut tangan patah dan lain-lain
 
a.      Tujuan Balut Bidai
Balut bidai, memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1.     Mempertahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak
2.     Memberikan tekanan
3.     Melindungi bagian tubuh yang cedera
4.     Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
5.     Mencegah terjadinya pembengkakan
6.     Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi
7.     Memudahkan dalam transportasi penderita.


c.  Prinsip Pemasangan Balut Bidai

1.     Bahan yang digunakan sebagai bidai tidak mudah patah atau tidak terlalu lentur

2.     Panjang bidai mencakup dua sendi

3.     Ikatan pada bidai paling sedikit dua sendi terikat, bila bisa lebih dari dua ikatan lebih baik.

4.     Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar.
5.     Prinsip pertolongan pertama pada patah tulang
6.     Pertahankan posisi
7.     Cegah infeksi
8.     Atasi syok dan perdarahan
9.     Imobilisasi (fiksasi dengan pembidaian)

d. Syarat – Syarat Balut Bidai :

    1. Cukup kuat untuk menyokong
    2. Cukup panjang
    3. Sebaiknya diberi bantalan kapas
    4. Ikat diatas dan dibawah garis fraktur (garis patah)
    5. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu kendur.
 Biasanya, alat yang dibutuhkan pada pembidaian yaitu bidai, mitella, kasa, dan pembalut lainnya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai, yaitu:

1.    Bidai harus cukup panjang. Pada kasus patah tulang: Melewati sendi yang ada di pangkal dan ujung tulang yang patah. Pada kasus cedera sendi: Mencapai dua tulang yang mengapit sendi yang cedera.

2.     Bidai harus cukup kuat untuk menghindari gerakan pada bagian yang patah tulang  atau sendi yang cedera, namun tidak mengganggu sirkulasi.

3.    Bila tidak ada alat yang kaku untuk dijadikan bidai, bagian tubuh yang cedera bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya dengan membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat.

4.    Jangan meluruskan (reposisi) tangan atau kaki yang mengalami deformitas, pasang bidai apa adanya.
Berikut adalah langkah-langkah pemasangan bidai:
1.     Pastikan lokasi luka, patah tulang atau cedera sendi dengan memeriksa keseluruhan tubuh korban (expose) dan membuka segala jenis aksesoris yang menghalangi (apabila tidak melukai korban lebih jauh)
2.  Perhatikan kondisi tubuh korban, tangani perdarahan jika perlu. Bila terdapat tulang yang mencuat, buatlah donat dengan menggunakan kain dan letakkan pada tulang untuk mencegah pergerakan tulang.
3.   Memeriksa PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak.
4.     Tempatkan bidai di minimal dua sisi anggota badan yang cedera (misal sisi samping kanan, kiri, atau bagian bawah). Letakkan bidai sesuai dengan lokasi cedera.
5.  Hindari mengangkat tubuh pasien untuk memindahkan pengikat bidai melalui bawah bagian tubuh tersebut. Pindahkan pengikat bidai melalui celah antara lekukan tubuh dan lantai. Hindari membuat simpul di permukaan patah tulang.
6.    Buatlah simpul di daerah pangkal dan ujung area yang patah berada pada satu sisi yang sama. Lalu, pastikan bidai dapat mencegah pergerakan sisi anggota badan yang patah. Beri bantalan/padding pada daerah tonjolan tulang yang bersentuhan dengan papan bidai dengan menggunakan kain.
7.   Memeriksa kembali PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan dengan keadaan saat sebelum pemasangan bidai. Apabila terjadi perubahan kondisi yang memburuk (seperti: nadi tidak teraba dan / atau tidak dapat merasakan sentuhan dan / atau tidak dapat digerakkan) maka pemasangan bidai perlu dilonggarkan.
8.  Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat atau tidak. Longgarkan balutan bidai jika kulit disekitarnya menjadi:
a.       Pucat atau kebiruan
b.      Sakit bertambah
c.       Kulit di ujung tubuh yang cedera menjadi dingin
d.      Ada kesemutan atau mati rasa
 
  Contoh teknik pemasangan bidai pada fraktur femur 



https://www.youtube.com/watch?v=zwIRPTS-PjI




Daftar Pustaka

E-Learning AKPER Harum . 2012. http://elearning.akperharum.ac.id/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html Diakses pada 4 November Pukul 22:30 WIB



Modul Penanganan Patah Tulang Dan Cedera Sendi. Tim Bantuan Medis. Bem Ikm Fkui. Available from URL: http://tbmfkui.org/wp-content/uploads/2015/08/Modul-Penanganan-Patah-Tulang-dan-Cedera-Sendi-TBM-BEM-IKM-FKUI.pdf. Diakses pada 4 November 2017 Pukul 22:00 WIB

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar