Balut
bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau imobilisasi dari lokasi traumdengan
menggunakan penyangga misalnya splinting (spalk). Balut bidai adalah jalinan
bilah (rotan, bambu) sebagai kerai (untuk tikar, tirai penutup pintu, belat,
dan sebagainya) atau jalinan bilah bambu (kulit kayu randu dsb) untuk membalut tangan
patah dan lain-lain
a.
Tujuan Balut Bidai
Balut
bidai, memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1.
Mempertahankan posisi bagian tulang
yang patah agar tidak bergerak
2.
Memberikan tekanan
3.
Melindungi bagian tubuh yang cedera
4.
Memberikan penyokong pada bagian
tubuh yang cedera.
5.
Mencegah terjadinya pembengkakan
6.
Mencegah terjadinya kontaminasi dan
komplikasi
7.
Memudahkan dalam transportasi
penderita.
d. Syarat – Syarat Balut Bidai :
1. Cukup kuat untuk menyokong
2. Cukup panjang
3. Sebaiknya diberi bantalan kapas
4. Ikat diatas dan dibawah garis fraktur (garis patah)
5. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu kendur.
c. Prinsip Pemasangan Balut Bidai
1.
Bahan yang digunakan sebagai bidai
tidak mudah patah atau tidak terlalu lentur
2.
Panjang bidai mencakup dua sendi
3.
Ikatan pada bidai paling sedikit dua
sendi terikat, bila bisa lebih dari dua ikatan lebih baik.
4.
Ikatan tidak boleh terlalu kencang
atau terlalu longgar.
5.
Prinsip pertolongan pertama pada
patah tulang
6.
Pertahankan posisi
7.
Cegah infeksi
8.
Atasi syok dan perdarahan
9.
Imobilisasi (fiksasi dengan
pembidaian)
1. Cukup kuat untuk menyokong
2. Cukup panjang
3. Sebaiknya diberi bantalan kapas
4. Ikat diatas dan dibawah garis fraktur (garis patah)
5. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu kendur.
Biasanya, alat yang dibutuhkan pada pembidaian yaitu bidai, mitella, kasa, dan pembalut lainnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai, yaitu:
Contoh teknik pemasangan bidai pada fraktur femur
https://www.youtube.com/watch?v=zwIRPTS-PjI
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai, yaitu:
1. Bidai harus cukup panjang. Pada kasus patah tulang: Melewati
sendi yang ada di pangkal dan ujung tulang yang patah. Pada kasus cedera sendi:
Mencapai dua tulang yang mengapit sendi yang cedera.
2. Bidai harus cukup kuat untuk menghindari gerakan pada bagian
yang patah tulang atau sendi yang cedera, namun tidak mengganggu sirkulasi.
3. Bila tidak ada alat yang kaku untuk dijadikan bidai, bagian
tubuh yang cedera bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya
dengan membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat.
4. Jangan meluruskan (reposisi) tangan atau kaki yang mengalami
deformitas, pasang bidai apa adanya.
Berikut adalah langkah-langkah pemasangan bidai:
1. Pastikan lokasi luka, patah tulang atau cedera sendi dengan
memeriksa keseluruhan tubuh korban (expose) dan membuka segala jenis
aksesoris yang menghalangi (apabila tidak melukai korban lebih jauh)
2. Perhatikan kondisi tubuh korban, tangani perdarahan jika
perlu. Bila terdapat tulang yang mencuat, buatlah donat dengan menggunakan kain
dan letakkan pada tulang untuk mencegah pergerakan tulang.
3. Memeriksa PMS korban,
apakah pada ujung tubuh korban yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi),
masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S,
Sensorik) atau tidak.
4. Tempatkan bidai di minimal dua sisi anggota badan yang
cedera (misal sisi samping kanan, kiri, atau bagian bawah). Letakkan bidai
sesuai dengan lokasi cedera.
5. Hindari mengangkat tubuh pasien untuk memindahkan pengikat
bidai melalui bawah bagian tubuh tersebut. Pindahkan pengikat bidai melalui
celah antara lekukan tubuh dan lantai. Hindari membuat simpul di permukaan
patah tulang.
6. Buatlah simpul di daerah pangkal dan ujung area yang patah
berada pada satu sisi yang sama. Lalu, pastikan bidai dapat mencegah pergerakan
sisi anggota badan yang patah. Beri bantalan/padding pada daerah
tonjolan tulang yang bersentuhan dengan papan bidai dengan menggunakan kain.
7. Memeriksa kembali PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban
yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik),
dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan dengan
keadaan saat sebelum pemasangan bidai. Apabila terjadi perubahan kondisi yang
memburuk (seperti: nadi tidak teraba dan / atau tidak dapat merasakan sentuhan
dan / atau tidak dapat digerakkan) maka pemasangan bidai perlu dilonggarkan.
8. Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat
atau tidak. Longgarkan balutan bidai jika kulit disekitarnya menjadi:
a. Pucat atau kebiruan
b.
Sakit bertambah
c.
Kulit di ujung tubuh yang cedera menjadi dingin
d.
Ada kesemutan atau mati rasa
Contoh teknik pemasangan bidai pada fraktur femur
https://www.youtube.com/watch?v=zwIRPTS-PjI
Daftar Pustaka
E-Learning AKPER Harum .
2012.
http://elearning.akperharum.ac.id/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html Diakses pada 4 November Pukul 22:30 WIB
Modul Penanganan Patah
Tulang Dan Cedera Sendi. Tim
Bantuan Medis. Bem Ikm Fkui. Available from URL: http://tbmfkui.org/wp-content/uploads/2015/08/Modul-Penanganan-Patah-Tulang-dan-Cedera-Sendi-TBM-BEM-IKM-FKUI.pdf. Diakses pada 4 November 2017
Pukul 22:00 WIB
Daftar Pustaka
E-Learning AKPER Harum . 2012. http://elearning.akperharum.ac.id/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html Diakses pada 4 November Pukul 22:30 WIB
Modul Penanganan Patah Tulang Dan Cedera Sendi. Tim Bantuan Medis. Bem Ikm Fkui. Available from URL: http://tbmfkui.org/wp-content/uploads/2015/08/Modul-Penanganan-Patah-Tulang-dan-Cedera-Sendi-TBM-BEM-IKM-FKUI.pdf. Diakses pada 4 November 2017 Pukul 22:00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar