Senin, 06 November 2017

Basic Life Support, Resusitasi Jantung Paru








1.      Pengertian
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan, kecelakaan, dan lain-lain. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti, sirkulasi darah dan transportasi oksigen juga berhenti sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ vital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan. Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya akan mampu bertahan jika ada asupan glukosa dan oksigen. Jika dalam waktu lebih dari 10 menit otak tidak mendapat asupan oksigen dan glukosa, maka otak akan mengalami kematian secara permanen. Kematian otak berarti pula kematian si korban. Oleh karena itu golden period (waktu emas) pada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah di bawah 10 menit. Artinya, dalam watu kurang dari 10 menit penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung harus sudah mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak, maka harapan hidup si korban sangat kecil. Adapun pertolongan yang harus dilakukan pada penderita yang mengalami henti napas dan henti jantung adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru/CPR. Tindakan BLS dilakukan dengan langkah CAB (Circulation,Airway, Breathing). Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari kerusakan yang irreversibel akibat hipoksia, karena peredaran darah akan berhenti selama 3-4 menit. 


Rantai kelangsungan hidup HCA ( Heart Cardiak Arrest) dan OHCA (Out of Heart Cardiac Arrest)


Prinsip Bantuan Hidup Dasar CPR


1.      Aman

Pastikan kondisi aman bagi penolong maupun korban. Resusitasi Jantung Paru (RJP) dilakukan pada permukaan yang keras dan rata.

2.      Memastikan kesadaran dari korban/pasien


Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambal memanggil namanya atau Pak !!! / Bu !!! / Mas!!! /Mbak !!! Mengecek respon juga dapat dilakukan dengan menekan kuku atau tulang dada. Respon dapat berupa rintihan atau gerakan. Napas yang tidak normal tidak dianggap sebagai respon. Untuk mengenali pasien yang mengalami serangan adalah apabila pasien tidak memberikan respon atau tidak bernapas dengan normal


  3. Meminta pertolongan
     


Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan
dengan cara :
      1 penolong segera telp ambulance dan     ambil AED (automated external defibrillator) (jika tersedia)


       

  

     Beri informasi, meliputi:
     a. Apa yang terjadi (misalnya serangan jantung / tidak sadar)
     b. Jumlah korban

     c.  Lokasi korban

     d.  Dibutuhkan bantuan segera

     4. Pulse Check, cek Airway dan Breathing




- Cek di arteri carotis, napas, lihat kembang kempis dada. Dilakukan dalam satu waktu
- Ingat tidak lebih dari 10 detik (hanya untuk memastikan ada tidaknya nadi )

 

        




      5. Chest Compression
      ketika tidak teraba nadi, segera lakukan kompresi dada 

    

·  Tentukan area kompresi, yaitu½ bawah tulang dada pasien dengan memposisikan tumit tangan penolong pada daerah pijatan dan tangan lain diatasnya.

·     Posisi penolong sejajar dengan korban. Saat melakukan kompresi, posisi tangan tegak lurus. Penekanan dada ini membuat aliran darah dengan meningkatkan tekanan intra-thoracic dan langsung mengkompresi jantung. Ini menghasilkan pengiriman oksigen dan aliran darah ke miokardium dan otak. Penekanan dada yang efektif sangat penting untuk menyediakan aliran darah selama CPR. Untuk alasan ini semua pasien cardiac arrest harus menerima.  Penekanan dada.



    Kompresi dada efektif :
   a. Sewaktu melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi dada hingga kedalaman minimum 2 inchi (5 cm) untuk dewasa rata-rata, dan menghindari kedalaman kompresi dada yang berlebihan (lebih dari 2,4 inchi/ 6 cm.
   b.Meminimalkan interupsi dan durasi untuk memaksimalkan jumlah penekanan yang lakukan permenit.

   c.Kecepaatan kompresi 100-120 per menit


  d. Recoil sempurna yaitu dinding  dada
     kembali ke posisi normal secara penuh 
     sebelum kompresi dada berikutnya dengan 
     cara tangan penolong tidak bertumpu pada 
     dada korban di antara dua penekanan.
e. Menghindari bantuan nafas terlalu sering 
    (avoid hiperventilation) 30 kali kompresi dada  
  dan 2 kali bantuan nafas disebut 1 siklus
 RJP/CPR (resusitasi jantung paru/cardiopulmonary resuscitation). 5 siklus RJP dilakukan selama 2 menit. Setelah 5 siklus RJP, dilakukan pengkajian nadi karotis, bila belum ditemukan nadi maka dilanjutkan 5 siklus RJP berikutnya, begitu seterusnya. 


6. Airway

Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan tindakan:
                            aPemeriksaan jalan napas.
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapatmdibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk  pada mulut korban, membersihkan sumbatan yang terjangkau dapat dilakukan dengan teknik Finger  Swap
 


b.     Membuka jalan napas.
     Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tild - chin lift) dan manuver pendorongan mandibula (jaw thrust). Teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam dan petugas,kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan manuver lainnya. 
                                                             Teknik Head Tilt Chin Lift

Teknik Jaw Thurst
 


 7.  Breathing 
     Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan, atau dengan BVM,  dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan. Lakukan ventilasi 2 kali tiap kali selesai 30 pijat dada






8. jika denyut dan napas korban sudah kembali, reposisi tubuh korban dengan posisi recovery
 Langkah Posisi Recovery
 

Daftar Pustaka  


AHA. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman American Heart Association 2015 untuk CPR dan EEC.
Basic Life Support. 2016. Available from URL: http://els.fkik.umy.ac.id/pluginfile.php?file=%2F8308%2Fmod_forum%2Fattachment%2F60860%2FMateri%20BLS%202016.pdf. Diakses pada 6 November 2017 Pukul 15:30 WIB





Tidak ada komentar:

Posting Komentar